Kata "tahu" dalam bahasa Indonesia ada dua jenis. Menurut kbbi online, Kata "tahu" yang
pertama adalah kata kerja dengan arti sebagai berikut:
1. Mengerti sesudah melihat (menyaksikan, mengalami, dan sebagainya)Contoh:“Ia tahu bahwa saya yang menolongnya.”“Perkara mesin, dia lebih tahu daripada saya.”2. Kenal (akan); MengenalContoh:“Ia tidak tahu akan sanak saudaranya lagi.”3. Mengindahkan; MemedulikanContoh:“Ia sudah tidak mau tahu lagi kepada anaknya.”4. Mengerti; BerpengertianContoh:“Siapa yang tahu apa maksud tanda ini?”5. Pandai; CakapContoh:“Sedikit-sedikit saya tahu juga tentang mesin.”6. Insaf; SadarContoh:“Dia tidak tahu akan kekurangannya.”7. (Ragam cakapan) PernahContoh:“Petinju itu tidak tahu menang.”“Adikku tidak tahu membolos.”“Tahu di asin garam” (Peribahasa: banyak pengalaman).“Tahu makan tahu simpan” (Peribahasa: dapat menyimpan rahasia baik-baik)
Sedangkan “tahu” yang kedua adalah kata
benda yang merujuk pada “makanan dari kedelai putih yang digiling halus-halus,
direbus, dan dicetak”.
“Tahu” yang ingin
saya bahas adalah “tahu” yang pertama. Kata “tahu” ini dalam percakapan sering
dilafalkan menjadi “tau”. Bahkan, banyak yang menulis demikian dalam tulisan-tulisan
informal seperti dalam media sosial atau pesan singkat. Untuk memudahkan
pembahasan dan karena contoh yang akan saya kemukakan adalah contoh penggunaan
dalam percakapan informal, untuk selanjutnya saya akan menulis kata “tahu” ini
menjadi “tau”.
Saya mengangkat
kata “tau” ini karena satu hal yang menarik tentangnya. Hal itu adalah, kata “tau”
sering digunakan dalam arti yang berkebalikan dalam arti semula pada percakapan
informal. Seperti yang sudah saya sebutkan di atas, kata “tau” pada dasarnya berarti
“mengerti”. Namun, mari kita perhatikan contoh kalimat dalam screenshot dari
sebuah komentar dalam artikel di kompas.com:
(Aku tau. Mataku juga sakit lihat gaya penulisannya yang hampir semuanya pakai huruf besar untuk huruf pertama kata-katanya. Paling ga, dia pakai huruf kecil untuk "dan" dan "di".) |
Contoh lainnya juga
berasal dari artikel di kompas.com:
Contoh yang
pertama di atas merupakan contoh penggunaan kata “tau” untuk menunjukkan keadaan
bahwa pembicara “tidak mengerti”, sedangkan contoh yang kedua merupakan ragam
bahasa gaul yang menunjukkan bahwa pembicara “tidak peduli”. Setahu saya, (dan
dapat dilihat dalam contoh di atas) penggunaan ini hanya berlaku untuk orang
pertama (dengan kata lain, pembicara sendiri), dan biasanya diucapkan dengan
intonasi dan gesture yang khas. Sayangnya,
saya belum ahli untuk mendeskripsikan intonasi dalam tulisan. Tapi saya yakin,
sesama penutur asli bahasa Indonesia paham intonasi dan gesture yang saya maksudkan.
Saya merasa ini
suatu fenomena yang menarik. Namun sayangnya, saya masih belum berhasil
mengetahui dan menganalisis bagaimana fenomena ini bisa terjadi. Saya
menuliskan hal ini di blog sebagai pengingat saya sendiri. Kalau ada
perkembangan, mungkin akan saya perbarui. Mungkin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar