Sabtu, Maret 07, 2020

Love

Everybody deserves love
But me

I used to think like that
So I made myself sure that I don't need one

I thought I did that well
But I didn't 

I found someone who made me realize 
I want to love and I want to be loved

I was so happy 
He reciprocated my feelings

But there was these problems of time 
And distance

And I also have another problems
Just on my side

I just want to be happy
I just want to have someone by myself

But these problems tire me out
So tired that I'm slowly coming back to think

Everybody deserves love
But me

Selasa, Oktober 29, 2019

2018 yang Tak Terekam

2019 hampir berakhir. Dan aku baru menyadari kalau tahun 2017 hanya menulis satu artikel, dan tidak menulis sama sekali pada tahun 2018. Ada beberapa alasan hal ini terjadi. Walau mungkin bagi beberapa orang alasan yang akan kuutarakan ini tidak dapat disebut sebagai alasan yang convincing.
Tahun 2017 adalah tahun saat aku masuk S2 di Tokyo University of Foreign Studies. Aku mengambil cukup banyak mata kuliah untuk memenuhi kredit kelulusan dan dapat fokus mengerjakan tesis di tahun kedua. Semua kelas yang kuambil menyenangkan. Aku mendapat banyak teman baru karena hampir setiap kelas diikuti peserta yang berbeda-beda. Kuliah S2 memang terasa sepi karena walaupun ada kelas yang wajib diikuti semua mahasiswa S2, kebanyakan adalah kelas pilihan yang diambil kelas sesuai minat dan bidang penelitian.
2017 berlalu dengan cepat, lalu tibalah tahun 2018. Ini tahun saat aku disibukkan dengan mencari data untuk bahan penelitian, merapikan data yang kudapat, mempersiapkan presentasi hasil analisis sementara, berdiskusi dengan dosen pembimbing tentang hasil analisis, dan menulis tesis. Tidak hanya itu, aku juga disibukkan dengan shuushoku katsudō atau job hunting. Proses job hunting ini yang cukup melelahkan secara fisik dan mental, karena aku harus pergi ke beberapa tempat untuk mendengarkan seminar dari perusahaan-perusahaan, mengikuti ujian tulis dan wawancara kerja dari beberapa perusahaan, dsb. Mungkin aku akan menjelaskan lebih rinci mengenai job hunting ini.
Alhamdulillah, aku mendapatkan satu offer dari satu perusahaan yang memiliki departemen penerjemahan. Lalu, tesisku juga berjalan cukup lancar dan aku pun lulus S2 pada bulan Maret 2019, dan mulai masuk di perusahaan tadi pada April di tahun yang sama.
Setelah masuk kerja, aku harus beradaptasi dengan orang-orang dan lingkungan baru yang benar-benar berbeda dengan kampus. Apalagi dengan isi pekerjaan yang berbeda dengan bayanganku sehingga aku harus berusaha lebih keras untuk terbiasa. Namun, pada akhirnya aku menyadari bahwa pekerjaanku di perusahaan itu bukan pekerjaan yang cocok untukku sehingga aku memutuskan untuk resign, dan mencari pekerjaan lain.
Hal ini juga yang membuatku jadi memiliki sedikit waktu untuk membenahi blog yang cukup lama terbengkalai ini. Aku berpikir untuk mencoba menulis cerpen yang terlintas di benakku akhir-akhir ini. Mungkin akan ku-publish, mungkin akan kubiarkan menjadi draft sehingga hanya aku (dan Google?) yang bisa membacanya.
Anyway, kira-kira itulah alasanku tidak meninggalkan jejak apapun di blog ini selama tahun 2018. Aku ingin lebih aktif mencari inspirasi bahan untuk ditulis di blog ini. Ga janji, sih. Haha..

Rabu, April 12, 2017

20170412 Sakura

Waaw! Tulisan pertamaku di tahun 2017! LoL

Banyak hal yang sudah terjadi dalam tiga bulan ini, tapi karena kemalasanku, tulisan pertama di tahun 2017 jadi di bulan April. 
Sok ditunggu banyak orang banget, yak? Padahal biasanya juga jarang update. Hahaha...

Sesuai judul, aku mau mencatatkan pemikiranku saat kulihat beberapa helai bunga sakura pada waktu berjalan menuju ruang penelitian khusus mahasiswa graduate TUFS.
Sakura memang pada dasarnya pohon yang bunganya hanya mekar sempurna selama seminggu, kemudian rontok satu per satu, dan kemudian berganti dengan daun.
Nah, saat mereka sedang mekar sempurna itulah saat mereka banyak-banyaknya dipuja orang-orang. Ada yang membuat acara makan dan minum bersama di taman dengan banyak pohon sakura yang sering disebut hanami. Ada juga yang memotret diri dengan pohonnya, atau bunganya saja, atau beberapa pohon sekaligus. Bahkan, saat melewati sakura tunnel (jalan yang di kiri-kanannya terdapat pohon-pohon sakura sehingga tercipta lorong yang terbentuk dari bunga-bunga sakura), ada yang sengaja menghentikan laju mobilnya untuk turun dan memotret keindahan bunga dengan warna yang lembut ini.
Sayangnya, kemarin di sekitar tempat tinggalku hujan seharian. Bahkan sebelum hujan turun, angin bertiup cukup kencang sehingga banyak merontokkan kelopak-kelopak sakura. Hasilnya, kelopak-kelopak tersebut bertebaran di mana-mana, termasuk jalan yang kulalui untuk menuju kampus.
Aku melihat beberapa bekas injakan pada kelopak-kelopak yang bertebaran di jalan. Yah, itu memang tidak bisa dihindari karena orang tidak mungkin berjalan sambil berusaha menghindari untuk tidak menginjaknya. Kalaupun ada, mungkin hanya orang yang lebih kekurangan pekerjaan dariku. Haha... *sigh*
Pada saat itu aku berpikir, kelopak-kelopak di jalan itu adalah kelopak yang sebelumnya bersama kelopak-kelopak lain membentuk bunga, yang bersama bunga-bunga lainnya membentuk pohon sakura, yang sendiri maupun bersama pohon-pohon sakura atau pohon-pohon lainnya, membentuk sebuah kesatuan yang indah yang membuat orang-orang berhenti untuk mengagumi keindahannya. (Oh God, kayanya ini kalimat terpanjang yang pernah aku buat) Saat itu pula aku berpikir, mungkin ini salah satu contoh indahnya persatuan dan kesatuan. Maksudku, karena kelopak-kelopak tersebut bersatu itulah orang-orang mengagumi keindahan mereka.
Namun, kemudian aku melihat saat kelopak-kelopak itu berguguran. Aku yakin bahwa bukan hanya aku yang merasa pemandangan saat itu adalah pemandangan yang indahnya tidak cukup dilukiskan dengan kata-kata. Aku mengumpamakan kelopak-kelopak yang berguguran itu dengan orang-orang hebat yang lebih menonjol daripada orang-orang kebanyakan, dengan kata lain kelopak-kelopak yang masih ada di pohonnya.
Akan tetapi aku kemudian tersadar kalau mungkin perumpamaan itu salah, karena kelopak-kelopak yang berguguran itulah yang akan menjadi kelopak-kelopak yang bertebaran di mana-mana, yang pada akhirnya diinjak orang-orang, atau membusuk menyatu dengan tanah. Mungkin kelopak-kelopak yang berguguran itu lebih tepat kalau diumpamakan sebagai berhentinya masa kejayaan seseorang hingga orang tersebut akhirnya jatuh dan mati. 
Kok malah jadi suram gini, yak?
Yah, mungkin akunya yang terlalu berlebihan dalam berpikir. Buat apa menyamakan kelopak sakura dengan manusia? Memang pengumpamaan dengan benda konkret itu salah satu cara yang bagus untuk menjelaskan hal yang abstrak. Memang ada yang bisa kita ambil sebagai pelajaran seperti indahnya persatuan dan kesatuan tadi. Tapi pada akhirnya manusia itu bukan kelopak sakura. Karena itu tadi, hanya pengumpamaan... Dan pengumpamaan itu bisa juga dilakukan dengan benda lain...
Sudah lah.. Aku makin bingung dengan apa yang mau kusampaikan...

Pose dikit habis upacara penerimaan mahasiswa baru. Hehe...

Kamis, Desember 01, 2016

20161201 Gaigosai 2016 Hari Kelima (23 November 2016)

Yeey! Akhirnya sampai juga ke hari kelima. Untuk hari pertama sampai keempat, silakan baca "20161201 Gaigosai 2016 Hari Pertama (19 November 2016)",
"20161201 Gaigosai 2016 Hari Kedua (20 November 2016)",
"20161201 Gaigosai 2016 Hari Ketiga (21 November 2016)", dan
"20161201 Gaigosai 2016 Hari Keempat (22 November 2016)"

Gaigosai Hari Kelima
Sebenarnya bisa dibilang aku ga datang ke Gaigosai hari kelima, sih.
Aku cuma mampir sebentar saja ke Stand Masakan Indonesia untuk membeli jus sirsak, yang sebetulnya ingin kubeli sejak hari kedua tapi karena habis terjual jadi aku harus menunggu hingga hari kelima ini untuk bisa membelinya.
Aku langsung menuju ke asrama lagi setelah mendapatkan jus sirsaknya. Saat berjalan, aku melihat sosok yang tidak asing. Sebentar saja aku langsung menyadari kalau sosok itu adalah Olla! Teman seangkatan Japanese Studies dari Polandia.
Setelah ia menyelesaikan program Japanese Studies, dia langsung bekerja di suatu perusahaan di Jepang dan belum pulang ke Polandia sama sekali!
Dia bilang kalau dia iri padaku yang kembali sebagai Research Student, tapi karena dia sudah bukan mahasiswa lagi, dan karena dia harus kembali dulu ke Polandia untuk menjadi Research Student, dia memutuskan untuk tetap bekerja.
Aku ga begitu dekat dengan dia, jadi kami cuma ngobrol sebentar saja.
Setelah kembali ke kamar asrama, aku main game Scrabble di hape. Uuh.. Sedih banget deh main sendirian lawan komputer. Namun, sekitar jam 3 sore, bel kamarku berbunyi.
Ternyata Afrin, gadis mungil cantik dari India datang. Dia baru saja pulang dari Gaigosai. Dia pergi untuk mencicipi masakan India. Dia bercerita kalau pada penutupan Gaigosai jam 7 malam nanti akan diadakan kembang api. Kami kemudian memutuskan untuk berangkat dari asrama jam 6.50.
Suhu saat itu sudah cukup turun karena diprediksi keesokan harinya akan turun salju.
Kami tidak sengaja bertemu dengan beberapa mahasiswa tingkat satu yang baru saja menutup stand masakannya, lalu akhirnya kami menonton kembang api bersama.
Kembang apinya memang tidak sebesar kembang api Sumida River atau kembang api kota Shin-Urayasu dan hanya sebentar. Namun, cukup menjadi penutup acara festival kampus yang sampai-sampai meliburkan kuliah selama seminggu!
Mahasiswa-mahasiswi penyelenggara dan penjual stand-stand makanan tampak lelah. Banyak dari mereka yang suaranya sampai serak karena saling bersaing berteriak mempromosikan stand makanannya atau pertunjukannya.
Namun, tampak senyum bahagia mereka karena acara berakhir dengan baik, ditutup pula dengan kembang api yang memanjakan mata. Walau mereka pasti capek luar biasa, tapi pasti mereka menjadi semakin kompak karena dengan mengadakan festival ini, mereka saling bekerja sama, capek bersama-sama, bertemu dengan banyak orang, yang akan menjadi pengalaman yang tak akan terlupakan.

Ini pengalaman Gaigosai yang kedua untukku. Tapi aku ga bisa mengatakan mana yang lebih berkesan, karena Gaigosai setiap tahun punya ceritanya sendiri, dan setiap cerita itu adalah cerita yang sangat berharga.

Gaigosai 2016 pun selesai...

20161201 Gaigosai 2016 Hari Keempat (22 November 2016)

Sudah baca tiga postingan sebelumnya? Judulnya:
"20161201 Gaigosai 2016 Hari Pertama (19 November 2016)",
"20161201 Gaigosai 2016 Hari Kedua (20 November 2016)", dan
"20161201 Gaigosai 2016 Hari Ketiga (21 November 2016)"
Hebat kalau udah baca, dan masih mau lanjut baca untuk hari Keempat ini. Hihihi.

Gaigosai Hari Keempat
Hari ini aku cuma menghabiskan sedikit waktu di Gaigosai. Aku kepingin makan sate ayam di Stand Masakan Indonesia dan mencoba masakan di Stand Rusia.
Percaya ga, biarpun salah satu sahabatku dari Rusia, aku belum pernah ke stand masakan Rusia di Gaigosai! Hahaha...
Sahabatku pintar masak, dan dia suka banget masak. Jadi ga usah nunggu Gaigosai juga aku sering mencicipi masakan Rusia, kok. Hihihi...
Pingin nyoba Piroshiki (aku ga tau gimana tulisan Latinnya), tapi karena harus nunggu 10 menit, akhirnya aku pilih yang ini...
Hihi.. Udah setengah dimakan..
Lupa namanya, tapi enak! 
Setelah itu, aku ke Stand Masakan Myanmar untuk membeli Sanuimakin (?), dessert dari kelapa tapi enak banget. Padahal aku biasanya ga begitu suka cemilan dari kelapa. Saking sukanya, ia langsung aku makan tanpa sempat kufoto.
Lalu aku ke Stand Masakan Indonesia untuk membeli sate ayam. Aku bertemu rombongan orang Indonesia dari Bogor, tapi mereka seperti sudah mau pulang jadi kami tidak sempat mengobrol. Setelah itu, aku bertemu beberapa mahasiswa tahun keempat jurusan bahasa Indonesia, juga Bu Atik, dosen Sastra Jepang UGM yang saat ini menempuh pendidikan master di TUFS. Aku juga bertemu Pak Daniel, dan Vella, mahasiswa UI yang sedang ikut program pertukaran di TUFS.
Vella bercerita kalau hari itu adalah hari pertama ia ke Gaigosai. Hari pertama dan kedua (Sabtu dan Minggu) ia kerja sambilan, dan hari ketiga (Senin) ia kelelahan, jadi baru datang di hari keempat.
Aku dan Vella kemudian mencari tempat duduk di dekat stand Malaysia, Jerman, dan Spanyol. Setelah kami duduk, ada mahasiswa jurusan bahasa Italia (kalau ga salah) yang menawari kami dagangannya. Aku lupa apa namanya, tapi isinya roti yang dibuat lembek dengan kuah, yang dari baunya aku yakin ada kandungan alkoholnya. Bukan favoritku, tapi karena aku merasa bersalah kalau membuang makanan, akhirnya kuhabiskan.
Untuk memperbaiki suasana lidahku, aku ke stand masakan Malaysia yang ada di dekatku dan membeli nasi gorengnya!
Karena terlalu semangat makan ini itu, aku cuma ada satu foto di atas saja untuk hari keempat!
Setelah itu sekitar jam 1 siang, aku kembali ke asrama, istirahat sebentar sebelum akhirnya pergi ke Harajuku. Hari ini tanggal 22, kalau belanja di salah satu toko favoritku, poin dari belanjanya dikali 3! Hahaha.. Bukan berarti aku belanja terus tiap bulan, lho... Cuma kalau nemu yang aku suka aja.. Hoho...

Petualangan di Gaigosai hari keempat pun selesai lebih cepat.

Kurang satu hari nih!
Klik untuk Gaigosai Hari Kelima.

20161201 Gaigosai 2016 Hari Ketiga (21 November 2016)

Ini postingan ketiga sebagai lanjutan dari postingan "20161201 Gaigosai 2016 Hari Pertama (19 November 2016)" dan "20161201 Gaigosai 2016 Hari Kedua (20 November 2016)"

Gaigosai Hari Ketiga
Hari ini sebetulnya aku merencanakan untuk menghabiskan waktu di kamar saja setelah pergi ke Kantor Imigrasi di Tachikawa. Menyiapkan materi untuk pelajaran bahasa Jepang Pak Daniel, dosen Sastra Indonesia UI yang saat ini menjadi dosen tamu di TUFS.
Aku perlu ke Kantor Imigrasi di Tachikawa karena aku perlu mendaftarkan izin untuk melakukan kerja sambilan. Bukannya karena aku butuh kerja sambilan, sih. Tapi buat jaga-jaga aja kalau suatu saat perlu.
Aku sengaja berangkat pagi supaya tidak terlalu panjang antriannya. Aku tiba sekitar pukul 8.45 pagi. Loket baru dibuka jam 9, tetapi sudah ada beberapa orang yang mengambil nomor antrian. Aku mendapat nomor antrian kelima, lalu aku mengisi formulir yang diperlukan sambil menunggu loket dibuka.
Aku bersyukur bangun lebih pagi hari itu, karena urusan di kantor imigrasi itu bisa selesai sebelum jam 10. Aku harus kembali 2 minggu kemudian untuk mengambil izin kerja sambilanku.
Saat aku berada di dalam bis menuju Stasiun Tachikawa, aku mendapat pesan dari Arika, lulusan jurusan bahasa Malaysia TUFS yang aku kenal saat jadi mahasiswa Japanese Studies. Dia mengatakan bahwa dia berada di Tokyo, dan akan datang ke Gaigosai!
Aku hampir melonjak di dalam bis saking senangnya. Kami terakhir bertemu bulan Januari kemarin di Solo, sebelum aku kembali ke Tokyo. Saat itu, ia sedang berlibur sebelum kelulusan dengan sahabat karibnya, Akari, karena mereka akan wisuda bulan Maret kemarin.
Akhirnya aku memutuskan untuk minta izin ke Pak Daniel untuk meliburkan pelajaran bahasa Jepang hari ini, karena aku pasti akan jarang bertemu Arika lagi yang saat ini bekerja di Prefektur Yamaguchi.
Sekitar pukul 11 aku mendapat pesan dari Arika lagi yang mengatakan bahwa ia sudah tiba di kampus. Aku segera keluar asrama dan menuju Gaigosai. Aku sedang melewati jalan tempat stand-stand klub olahraga dan komunitas mahasiswa saat hapeku berdering karena panggilan dari Arika. Aku baru saja mengatakan "moshi-moshi" ketika aku mendengar teriakan "Ganaaa" dari sampingku.
Aku menoleh dan kulihat Arika yang tersenyum lebar sambil berjalan cepat ke arahku. Tidak butuh waktu lama untuk aku menyadari sosok lain yang kukenal yang berdiri di belakangnya. Akari juga datang!
Benar-benar suprise yang menyenangkan! Arika tidak mengatakan apa-apa sebelumnya bahwa Akari juga akan datang. Rasa senangku berlipat-lipat karena bisa menemui keduanya langsung hari ini. Untuk info saja, Akari saat ini bekerja di Sendai, yang letaknya ada di utara Tokyo, sedangkan Yamaguchi tempat Arika bekerja, ada di bagian selatan Honshu yang dekat dengan Kyushu. Jadi, bisa dibayangkan susahnya kalau mau ketemu mereka sekaligus.
Akhirnya hari itu kami berkeliling stand-stand komunitas-komunitas mahasiswa. Salah satunya, kami mengunjungi stand komunitas mahasiswa Asia Tengah. Kami mendengarkan mahasiswa Jepang yang pernah belajar di Asia Tengah memainkan alat musik tradisional. Aku ga begitu paham musik, tapi menurutku mereka lumayan bagus mainnya. Dan stand itu sendiri lebih tepat dibilang tenda. Karena ada pintu tempat kami bisa masuk dan duduk mendengarkan permainan musik tadi di atas karpet dengan corak warna-warni.
Setelah itu, kami mengunjungi stand-stand masakan Malaysia dll. Kami membeli berbagai makanan untuk saling kami bagi. Jadi, kami bisa mencoba banyak makanan sekaligus! Gaigosai memang asiknya dikelilingi ramai-ramai!
Aku sudah bilang di postingan tentang hari pertama, sih, tapi aku harus bilang lagi kalau nasi goreng di Stand Malaysia enak banget!
Hari ini aku ga mampir ke Stand Makanan Indonesia, sih. Tapi aku bertemu Kisa dan Ayu (ini orang Jepang asli, loh. Tapi namanya Indonesia banget, yak?) yang sedang menjual pisang goreng dengan berkeliling. Karena hanya tinggal satu, aku memutuskan untuk membelinya dan memberikannya ke Arika dan Akari.
Hari ini Senin, sih. Orang-orang kerja jadinya ga begitu banyak yang datang.
Uuuh.. Pingin main bareng kalian lagiii...

Akari yang berbadan tinggi sampai harus menekuk lututnya biar stand Malaysia-nya kelihatan... Hihihi...
Mereka harus kembali bekerja besok, jadi jam 3 sore mereka pamit pulang. Arika sempat memberikan coklat oleh-oleh saat mereka berlibur ke Azerbaijan sebelumnya. Enak banget, Booook! Lembut meleleh gitu di dalam mulut! Sekali makan, aku ga kuat nahan godaan untuk langsung ngabisin!
Ntah siapa namamu. Tapi kamu enak banget!

Setelah mengantar mereka sampai Stasiun Tama, aku kembali ke Gaigosai dan melihat pertunjukan tari Flamenco. Kenapa Flamenco? Karena Ayu yang kutemui sebelumnya, sudah memakai pakaian tari dan berdandan untuk pertunjukannya. Saat itu dia meminta aku menyempatkan diri menonton penampilannya.
Aku hanya sempat melihat bagian akhirnya saja, sih. Tapi menurutku mereka keren sekali!
Pingin deh punya kemampuan yang bisa ditampilin kaya gitu. Tapi gerakan tariku kaku, suaraku fals, dan aku ga punya bakat main alat musik. Hahaha... Syedyih...
Foto dengan Ayu dan Pak Daniel
Beliau juga menonton untuk mendukung Ayu, mahasiswanya.

Foto berdua dengan Ayu
Karena sorenya aku ada janji dengan Sarah, teman seangkatan di UGM yang saat ini sedang S2 di Waseda University, untuk menonton film "Kimi no Na wa", (jiaaah, baru mau nonton), aku segera kembali ke asrama setelahnya.
Aku melewati stand komunitas lagi, dan melihat salah satu orang yang kukenal, Naho-chan, mahasiswa tingkat kedua jurusan bahasa Mandarin. Ia sedang berjaga di stand Es Tempura. Karena aku penasaran seperti apa sih tempura yang berisi es itu, aku memutuskan untuk membeli dua rasa. Rasa yang populer dan rasa yang sedang dimakan oleh Naho-chan. Kan Es makanan penutup, jadi gapapa dong agak banyak. Hihihi.
Es tempura
Aku lupa ini rasa apa. Enak kok.

Es tempura
Aku juga lupa ini rasa apa. Ini juga enak.
Selfie sama Naho-chan
Selesailah petualangan di Gaigosai hari ketiga.
Ditutup dengan nonton bareng Sarah, terus karaoke 2 jam gara-gara baper dan pingin teriak-teriak habis liat "Kimi no Na wa".
Recommended banget deh nih film! (Malah promosi film)

Pingin tau lebih banyak?
Klik untuk Gaigosai Hari Keempat.

20161201 Gaigosai 2016 Hari Kedua (20 November 2016)

Ini postingan lanjutan dari postingan "20161201 Gaigosai 2016 Hari Pertama (19 November 2016)".

Gaigosai Hari Kedua
Gaigosai hari kedua jatuh pada hari Minggu, dan cuaca cukup cerah sehingga pengunjung sepertinya lebih banyak dari hari pertama.
Hari ini, aku mengikuti salah satu program yang disebut "Tafu-tooku". Kata "TUFS" jika dilafalkan dalam bahasa Jepang, akan menjadi "Tafussu". Lalu, "tooku" itu pelafalan bahasa Jepang dari kata "talk" yang diserap dari bahasa Inggris.

Kita nyanyi PPAP lagi?
I have a "Tafussu"
I have a "tooku"
UGH!
TAFUTOOKU!

Sorry kalau udah bosen denger lagu ini. Aku belum soalnya. Hahaha

Jadi, Tafutooku ini semacam acara talkshow gitu. Target acara ini sebetulnya adalah siswa-siswi SMA yang tahun depan lulus dan masuk universitas. Dengan kata lain, promosi kampus.
Acara ini diselenggarakan beberapa kali dengan mahasiswa-mahasiswa TUFS sebagai pembicaranya. Nah, karena di TUFS juga banyak mahasiswa asing, dibuat juga satu sesi dengan mahasiswa-mahasiswa asing sebagai pembicaranya.
Ditambah aku, ada 3 mahasiswa asing lainnya. Charlotte si gadis cantik dari Prancis, Lucy dari Hong Kong yang masih muda tapi banyak pengalaman, dan Marco yang murah senyum dari Venezuela!
Acara bisa dibilang cukup lancar, karena kami sempat melakukan gladi resik beberapa minggu sebelumnya. Penonton yang hadir cukup banyak, hanya saja kebanyakan orang-orang yang sudah tua. Dengan kata lain, bukan siswa-siswi SMA yang akan masuk universitas tahun depan. Hahaha.
Saat gladi resik kami memprediksi pertanyaannya tidak akan begitu banyak. Namun, kenyataan berkata lain. Para penonton sangat antusias untuk mendengarkan cerita kami tentang negara-negara kami dan pengalaman-pengalaman kami di Jepang yang tidak bisa kami temui di negara sendiri.
Pembicaraan berjalan begitu lancar sampai kami tidak sadar bahwa waktunya sudah mau habis.
Berikut beberapa foto-foto setelah acara selesai.
Dari kiri, aku, Marco, Emi (moderator), Charlotte, dan Lucy

It was sooo fun!

Bagi-bagi souvenir gitu ke penonton

Foto untuk laporan ke sponsor

Plastic Bag Gaigosai 2016
Pembicara juga dapet souvenir nih. Souvenirnya dimasukkan ke tas ini.

Mie instan

Bumbu Pasta

Teh Konbu rasa plum?
Belum kuminum sampai saat ini

Shoyu
Lumayan buat bumbu masak

Tuna kaleng
Enak banget!!!

Pamflet dan surat undangan ke Museum Ramen
Setelah itu, aku janjian ketemu Boris, sahabat dari Rusia sejak zaman aku masih mahasiswa Japanese Studies di kampus ini.
Dia menyarankan aku mencoba sandwich daging kangguru dari stand Masakan Oceania. Jadi, aku coba deh. Tapi aku lupa foto. Untung si Boris ga. Ini foto dari si Boris.
Rasanya mirip daging kambing kalau aku bilang.

YUM!

Stand Masakan Oceania
Habis itu, kami ke stand masakan Indonesia. Aku beli sate ayam, pisang goreng, dan kacang telur. Karena tanganku penuh, aku minta Boris untuk memotretkan tanganku yang membawa semua makanan itu, tapi dia malah motret mukaku juga.
Berasa karakter kartun gitu karena kepalaku jadi gede
Habis itu, Sato-senpai dan Arya-senpai, dua senpai dari UGM juga datang! Tapi ga lama kemudian, Arya-senpai menghilang entah ke mana. Haha...
Aku dan Boris sebetulnya juga janjian dengan Ai Lynn dan Nuen, teman seangkatan dalam program Japanese Studies. Tapi sayangnya, Ai Lynn masuk angin karena begadang, dan Nuen ada acara dan baru selesai sekitar jam 4.
Akhirnya, Nuen menghubungi aku dan Boris. Karena saat itu ia ada di Shinagawa, kami memutuskan untuk menemuinya di Shinjuku. Lalu, karena Sato-senpai juga kenal dengan Nuen, kami pun mengajak dia sekalian.
Oh iya, sebelum pergi, aku membeli jus asam supaya Boris bisa mencicipinya. Sebetulnya dia bilang kalau dia kekenyangan, sih. Tapi mumpung dia datang ke Gaigosai, (dia ga tinggal di asrama kampus tapi di Meguro, sekitar 1 jam dari kampus soalnya) aku berusaha membuatnya mencicipi berbagai makanan.. Hahaha..
Nah, saat itu, dari belakang Sato-senpai lewatlah senpai(?)nya si Boris yang kami panggil Anatori-san. Ternyata, Anatori-san ini teman seangkatan Sato-senpai saat ia menjadi mahasiswa Japanese Studies di TUFS ini! What a small world, right?
Sayangnya, aku lupa mengabadikan kebetulan ini dalam foto. Aish, bahasaku.
Tapi, ini foto saat kami bertemu Nuen di Shinjuku!
Mahasiswa Japanese Studies tahun 2008 dan 3 Mahasiswa Japanese Studies tahun 2012!!
Demikianlah, petualangan(?)ku di Gaigosai hari kedua berakhir...

Masih ada semangat baca?
Klik untuk Gaigosai Hari Ketiga.

20161201 Gaigosai 2016 Hari Pertama (19 November 2016)

Ini postingan super duper telat karena Gaigosai-nya sendiri tahun ini diselenggarakan dari tanggal 19 November hingga 23 November. Hahaha...
Apa sih, Gaigosai itu? Gaigosai itu adalah nama festival kampus Tokyo University of Foreign Studies. Salah satu kegiatan festival ini adalah stand makanan dari berbagai negara, yang diadakan oleh para mahasiswa sarjana tingkat pertama. Para mahasiswa di sini masing-masing belajar salah satu dari 27 bahasa yang diajarkan di universitas ini. Jadi, minimal ada 27 negara yang makanannya dimasak dan dijual oleh para mahasiswa tingkat pertama. Selain itu, ada juga stand-stand makanan yang dibuka oleh klub-klub olahraga dan komunitas-komunitas mahasiswa.
Selain klub olahraga, kampus ini juga ada klub tari-tarian, yang tidak membuka stand makanan tapi mengadakan pertunjukan seni.
Nah, untuk mahasiswa tingkat kedua, masing-masing jurusan bahasa melakukan drama dalam bahasa yang mereka pelajari. Untuk tingkat ketiga dan keempat, sepertinya tidak ada hal khusus, karena mahasiswa tingkat ketiga dan keempat biasanya sibuk karena mereka akan kuliah di luar negeri, mencari pekerjaan, atau menulis skripsi.

Gaigosai Hari Pertama
Nah, di Gaigosai yang tahun 2016 ini diadakan ke 94 kalinya, drama bahasa Indonesia diadakan di hari pertama! Nah, karena hari pertama ini akhir pekan, biarpun saat itu hujan rintik-rintik, yang hadir untuk melihat dramanya lumayan banyak! Aku sempat ngobrol dengan suami-istri yang hadir karena suaminya pernah kerja di Indonesia dulu. Seneng deh, liat banyak orang yang kenal Indonesia.. Hehe..
Nah, drama bahasa Indonesia tahun ini judulnya "Melodi", yang bercerita tentang persahabatan Ruli dan Chika yang pandai menyanyi. Cerita ini disadur dari film berjudul sama.
Walau masih tampak ada sedikit kesulitan saat mereka melafalkan bahasa Indonesia, tapi secara keseluruhan akting mereka patut diacungi jempol! Terutama yang paling bagus adalah mahasiswa yang memerankan ibu seorang peserta kontes menyanyi. Jadi, si ibu ini ceritanya galak banget dan pingin banget anaknya menang. Nah, akting si aktrisnya bener-bener bikin penonton yang melihatnya merasa bersyukur bahwa dia bukan anaknya. Hahaha...
Lalu, akting pemeran ayah Ruli. Cerita ini latarnya di Jakarta. Tapi di Jakarta kan banyak pendatang dari sekitarnya seperti Jawa. Nah, cara bicara si ayah ini kerasa banget medhok-nya! nJawani buanget! Hihihi. Kebetulan juga si pemerannya memang blasteran Jepang dan Jawa. Jadi memang pas banget!
Kemudian, pemeran banci! Hahaha. Aku biasanya takut sama banci, tapi banci yang ini bikin gemes! Dia cuma dapat dialog sedikit, sih. Tapi gerakannya itu, loh! Centil banget! Yang bikin tambah lucu, pemerannya itu blasteran Jepang-Amerika. (Banyak banget yang blasteran, yak?)
Lalu, yang bikin aku tersipu-sipu adalah saat karakter pencari bakat dengan nama sama denganku muncul. Hihihi. Jadi, sebelumnya aku membantu sedikit untuk mengecek naskahnya. Nah, sebenarnya karakter pencari bakat ini laki-laki. Namun, karena mereka kekurangan pemain laki-laki, akhirnya diputuskanlah untuk mengganti karakter pencari bakat ini menjadi perempuan, dan untuk namanya dipakailah namaku. Mereka sudah minta izin sebelumnya untuk pakai namaku di naskah jadi aku ga kaget. Hanya saja, pemerannya manis banget! Kan jadi tersipu... Hahaha...
Setelah pertunjukan selesai, aku menyempatkan diri untuk memotret para pemerannya, serta berfoto dengan pemeran "Ibu Gana" si pencari bakat, dan Muli, adik perempuan Ruli.

Para mahasiswa tingkat kedua yang berbakat dan Pak Furihata.
Gana dan "Ibu Gana". Cantik banget, kan? Hihihi...
"Muli" dan Gana. Pemerannya mungil dan imut banget, yak?
Setelah itu, aku menyempatkan mampir ke stand Masakan Indonesia yang dijalankan oleh mahasiswa tingkat pertama jurusan bahasa Indonesia. Menu makanan yang disediakan adalah mie goreng, sate ayam, pisang goreng, kacang telur, jus sirsak, jus asam, dan bir bintang. Aku sejak awal sudah memutuskan untuk membeli mie goreng, sate ayam, dan pisang goreng. Kelaparan, sih.. Hahaha.. Sayangnya saat itu sedang ada masalah dengan kompor untuk memanggang satenya, jadi aku akhirnya beli mie goreng dan pisang goreng favoritku saja.
Pisang gorengnya isinya dua, tapi yang satu udah kumakan karena keburu lapar. Hahaha. Mie gorengnya pakai telur ceplok. Yum!
Setelah menyantap kedua makanan tadi, aku menyempatkan berputar-putar sebentar untuk mengambil foto stand-stand makanan yang lain.
Stand Masakan Turki
Berada tepat di sebelah Stand Masakan Indonesia.

Stand Masakan Kamboja

Stand Masakan Afrika

Stand Masakan Vietnam 

Stand Masakan Persia

Stand Masakan Portugal

Stand Masakan Rusia
Sepertinya ada bagian yang tertiup angin.

Stand Masakan Ceko

Ini kayanya ga perlu dikasih tahu, deh.. Hihi.. Kreatif, yak, yang bikin namanya.

Stand Masakan Laos

Stand Masakan Oceania
Jualan daging kangguru, loh... Fotonya di Gaigosai hari kedua, yak...

Stand Masakan Malaysia
Nasi gorengnya mantap beud, dah!

Stand Masakan Jerman

Stand Masakan Spanyol

Stand Masakan Arab
Ini juga kreatif namanya. Arab dalam bahasa Jepang disebut "Arabia", lalu mereka mengganti huruf "a" di belakang dengan kanji yang berarti "toko" dan bisa dibaca "ya", sehingga terciptalah nama "Arabiya". Suka deh nama yang lucu dan kreatif kaya gini.

Stand Masakan Korea
Ini juga kreatif namanya. Namanya bisa dibaca "Yotte Koria" yang bisa berupa permainan kata antara "yotte kore ya" (artinya, "datanglah berkunjung") dengan "Koria" ("Korea" dalam pelafalan bahasa Jepang)

Stand Masakan Jepang
Ini juga ga boleh kalah kreatif dong.
Masakan Jepang itu dalam bahasa Jepang adalah "Washoku", lalu "shock" dalam bahasa Inggris dilafalkan "shokku" dalam bahasa Jepang.
(Setel musik PPAP)
I have a "WA"
I have a "SHOKKU"
UGH!
WASHOKKU!!

Stand Masakan Mongolia

Stand Masakan India
Sate kambingnya mantap, Bro!

Stand Masakan Asia Tengah

Stand Masakan Filipina

Stand Masakan Bangladesh
Ga usah dijelasin juga udah paham kan keunikan namanya?

Stand Masakan Italia

Stand Masakan Tiongkok
Ini juga namanya kreatif! Mereka memakai nama "TabeChaina" bisa berarti, "makanlah" yang mengandung kata "Chaina" (pelafalan China) 

Stand Masakan Pakistan

Stand Masakan Myanmar
Sanuimakin (aku ga tau tulisannya dalam huruf Latin) favoritku tetap ada!

Stand Masakan Prancis

Stand Masakan Polandia

Stand Masakan Thailand

Lucu aja liat Stand Masakan Polandia dan Masakan Indonesia berdekatan. Warna bendera juga terbalik. Hihi.

Stand Masakan Indonesia dari jauh (banget)

Kondisi jalan menuju asrama
Di jalan ini isinya stand-stand masakan klub olahraga atau komunitas-komunitas di kampus. 

Panggung yang terletak di tengah dikelilingi stand-stand makanan berbagai negara tadi. Di pojok kiri panggung ada dua mahasiswa tingkat pertama bahasa Indonesia yang memakai jumper berwarna hijau. Saat itu, di panggung ini sedang diadakan semacam acara kuis yang menguji kemampuan mahasiswa-mahasiswa TUFS! Salah satu pertanyaan yang unik, menebak asal negara dari versi bahasa lain dari lagu Let It Go.
Aku ga tau ini termasuk curang atau ga, tapi aku sempat memberi kode ke dua mahasiswa Indonesia tadi saat lagu Let It Go versi bahasa Vietnam diperdengarkan. Hihihi.
Aku juga nebak-nebak aja sih...

Lalu, karena hujan mulai turun lagi, aku memutuskan untuk kembali ke asrama. Soalnya aku baru aja kena flu. Daripada kambuh lagi, kan...
Demikianlah, petualangan (?) di hari pertama Gaigosai selesai...

Penasaran hari kedua bagaimana?
Klik untuk Gaigosai Hari Kedua.