Rabu, April 12, 2017

20170412 Sakura

Waaw! Tulisan pertamaku di tahun 2017! LoL

Banyak hal yang sudah terjadi dalam tiga bulan ini, tapi karena kemalasanku, tulisan pertama di tahun 2017 jadi di bulan April. 
Sok ditunggu banyak orang banget, yak? Padahal biasanya juga jarang update. Hahaha...

Sesuai judul, aku mau mencatatkan pemikiranku saat kulihat beberapa helai bunga sakura pada waktu berjalan menuju ruang penelitian khusus mahasiswa graduate TUFS.
Sakura memang pada dasarnya pohon yang bunganya hanya mekar sempurna selama seminggu, kemudian rontok satu per satu, dan kemudian berganti dengan daun.
Nah, saat mereka sedang mekar sempurna itulah saat mereka banyak-banyaknya dipuja orang-orang. Ada yang membuat acara makan dan minum bersama di taman dengan banyak pohon sakura yang sering disebut hanami. Ada juga yang memotret diri dengan pohonnya, atau bunganya saja, atau beberapa pohon sekaligus. Bahkan, saat melewati sakura tunnel (jalan yang di kiri-kanannya terdapat pohon-pohon sakura sehingga tercipta lorong yang terbentuk dari bunga-bunga sakura), ada yang sengaja menghentikan laju mobilnya untuk turun dan memotret keindahan bunga dengan warna yang lembut ini.
Sayangnya, kemarin di sekitar tempat tinggalku hujan seharian. Bahkan sebelum hujan turun, angin bertiup cukup kencang sehingga banyak merontokkan kelopak-kelopak sakura. Hasilnya, kelopak-kelopak tersebut bertebaran di mana-mana, termasuk jalan yang kulalui untuk menuju kampus.
Aku melihat beberapa bekas injakan pada kelopak-kelopak yang bertebaran di jalan. Yah, itu memang tidak bisa dihindari karena orang tidak mungkin berjalan sambil berusaha menghindari untuk tidak menginjaknya. Kalaupun ada, mungkin hanya orang yang lebih kekurangan pekerjaan dariku. Haha... *sigh*
Pada saat itu aku berpikir, kelopak-kelopak di jalan itu adalah kelopak yang sebelumnya bersama kelopak-kelopak lain membentuk bunga, yang bersama bunga-bunga lainnya membentuk pohon sakura, yang sendiri maupun bersama pohon-pohon sakura atau pohon-pohon lainnya, membentuk sebuah kesatuan yang indah yang membuat orang-orang berhenti untuk mengagumi keindahannya. (Oh God, kayanya ini kalimat terpanjang yang pernah aku buat) Saat itu pula aku berpikir, mungkin ini salah satu contoh indahnya persatuan dan kesatuan. Maksudku, karena kelopak-kelopak tersebut bersatu itulah orang-orang mengagumi keindahan mereka.
Namun, kemudian aku melihat saat kelopak-kelopak itu berguguran. Aku yakin bahwa bukan hanya aku yang merasa pemandangan saat itu adalah pemandangan yang indahnya tidak cukup dilukiskan dengan kata-kata. Aku mengumpamakan kelopak-kelopak yang berguguran itu dengan orang-orang hebat yang lebih menonjol daripada orang-orang kebanyakan, dengan kata lain kelopak-kelopak yang masih ada di pohonnya.
Akan tetapi aku kemudian tersadar kalau mungkin perumpamaan itu salah, karena kelopak-kelopak yang berguguran itulah yang akan menjadi kelopak-kelopak yang bertebaran di mana-mana, yang pada akhirnya diinjak orang-orang, atau membusuk menyatu dengan tanah. Mungkin kelopak-kelopak yang berguguran itu lebih tepat kalau diumpamakan sebagai berhentinya masa kejayaan seseorang hingga orang tersebut akhirnya jatuh dan mati. 
Kok malah jadi suram gini, yak?
Yah, mungkin akunya yang terlalu berlebihan dalam berpikir. Buat apa menyamakan kelopak sakura dengan manusia? Memang pengumpamaan dengan benda konkret itu salah satu cara yang bagus untuk menjelaskan hal yang abstrak. Memang ada yang bisa kita ambil sebagai pelajaran seperti indahnya persatuan dan kesatuan tadi. Tapi pada akhirnya manusia itu bukan kelopak sakura. Karena itu tadi, hanya pengumpamaan... Dan pengumpamaan itu bisa juga dilakukan dengan benda lain...
Sudah lah.. Aku makin bingung dengan apa yang mau kusampaikan...

Pose dikit habis upacara penerimaan mahasiswa baru. Hehe...