Jumat, Juni 10, 2016

Sleep is for the Weak

"Sleep is for the weak." Itu kalimat yang sering kubaca di 9gag di kolom komentar dari postingan mengenai hal-hal berbau horor. Aku berkesempatan menggunakan kalimat tersebut untuk postingan di akun Line-ku, karena saat ini aku harus begadang untuk mengerjakan tugas laporan yang harus dikumpulkan hari berikutnya (atau pagi nanti, karena sudah hampir jam 2 saat aku mulai menulis tulisan ini).
Dan, kesimpulanku setelah terjaga hingga saat ini adalah, I am weak.
Memang, aku ga ngantuk karena tadi sudah tidur siang sampai-sampai membolos satu kuliah di sore hari. Tapi aku ga bisa konsen dan ga dapet ide sama sekali mengenai apa yang harus kutulis untuk tugas laporan tersebut.
Akhirnya aku memutuskan untuk menyerah saja dan meratapi nasib dengan menulis tulisan ini.
Toh, statusku di kuliah tersebut hanya listening-student yang tidak akan mendapat credit di akhir semester nanti. Dengan kata lain, tidak wajib mengerjakan tugas atau mengikuti ujian.
Itu yang aku dengar sih.
Baiklah, sudah jam 2 pagi. Alarm yang kupasang untuk sahur (ini bulan Ramadhan hari kelima) sudah berbunyi. Yah, biarpun hari ini aku ga puasa karena sudah ada janji mau cabut gigi dan harus minum obat. Huhuhu.
Selamat menunaikan ibadah puasa saja deh buat yang melaksanakan.
Aku mau melarikan diri dulu ke dunia mimpi... Di atas kasur yang penuh dengan kertas yang berserakan... 

Selasa, Juni 07, 2016

"Tahu" dalam Percakapan Bahasa Indonesia

Kata "tahu" dalam bahasa Indonesia ada dua jenis. Menurut kbbi online, Kata "tahu" yang pertama adalah kata kerja dengan arti sebagai berikut:
1.      Mengerti sesudah melihat (menyaksikan, mengalami, dan sebagainya) 
Contoh: 
“Ia tahu bahwa saya yang menolongnya.”
“Perkara mesin, dia lebih tahu daripada saya.” 
2.      Kenal (akan); Mengenal
Contoh:
“Ia tidak tahu akan sanak saudaranya lagi.” 
3.      Mengindahkan; Memedulikan
Contoh:
“Ia sudah tidak mau tahu lagi kepada anaknya.”
4.      Mengerti; Berpengertian
Contoh:
“Siapa yang tahu apa maksud tanda ini?” 
5.      Pandai; Cakap
Contoh:
“Sedikit-sedikit saya tahu juga tentang mesin.” 
6.      Insaf; Sadar
Contoh:
“Dia tidak tahu akan kekurangannya.”
7.      (Ragam cakapan) Pernah
Contoh:
“Petinju itu tidak tahu menang.”
“Adikku tidak tahu membolos.”
Tahu di asin garam” (Peribahasa: banyak pengalaman).
Tahu makan tahu simpan” (Peribahasa: dapat menyimpan rahasia baik-baik)
Sedangkan “tahu” yang kedua adalah kata benda yang merujuk pada “makanan dari kedelai putih yang digiling halus-halus, direbus, dan dicetak”.
“Tahu” yang ingin saya bahas adalah “tahu” yang pertama. Kata “tahu” ini dalam percakapan sering dilafalkan menjadi “tau”. Bahkan, banyak yang menulis demikian dalam tulisan-tulisan informal seperti dalam media sosial atau pesan singkat. Untuk memudahkan pembahasan dan karena contoh yang akan saya kemukakan adalah contoh penggunaan dalam percakapan informal, untuk selanjutnya saya akan menulis kata “tahu” ini menjadi “tau”.
Saya mengangkat kata “tau” ini karena satu hal yang menarik tentangnya. Hal itu adalah, kata “tau” sering digunakan dalam arti yang berkebalikan dalam arti semula pada percakapan informal. Seperti yang sudah saya sebutkan di atas, kata “tau” pada dasarnya berarti “mengerti”. Namun, mari kita perhatikan contoh kalimat dalam screenshot dari sebuah komentar dalam artikel di kompas.com:
(Aku tau. Mataku juga sakit lihat gaya penulisannya yang hampir semuanya pakai huruf besar untuk huruf pertama kata-katanya. Paling ga, dia pakai huruf kecil untuk "dan" dan "di".)

Contoh lainnya juga berasal dari artikel di kompas.com:

Contoh yang pertama di atas merupakan contoh penggunaan kata “tau” untuk menunjukkan keadaan bahwa pembicara “tidak mengerti”, sedangkan contoh yang kedua merupakan ragam bahasa gaul yang menunjukkan bahwa pembicara “tidak peduli”. Setahu saya, (dan dapat dilihat dalam contoh di atas) penggunaan ini hanya berlaku untuk orang pertama (dengan kata lain, pembicara sendiri), dan biasanya diucapkan dengan intonasi dan gesture yang khas. Sayangnya, saya belum ahli untuk mendeskripsikan intonasi dalam tulisan. Tapi saya yakin, sesama penutur asli bahasa Indonesia paham intonasi dan gesture yang saya maksudkan.

Saya merasa ini suatu fenomena yang menarik. Namun sayangnya, saya masih belum berhasil mengetahui dan menganalisis bagaimana fenomena ini bisa terjadi. Saya menuliskan hal ini di blog sebagai pengingat saya sendiri. Kalau ada perkembangan, mungkin akan saya perbarui. Mungkin.